Jumat, 25 November 2011

tetap istiqomah setiap hari

Agenda Harian
Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Selasa, 25 Oktober 2011

my sweet daughter



as a father i so proud of you oh my daughter ,..you so special for me, you inspire me to be good perent to take care of you for any dangerous in this world
oh may sweet daughter i love you so much don't be dispointed me

Jumat, 21 Oktober 2011

menjaga pandangan yang teramat sulit

subanallah,..........astaughfirullah aladziem,.........
bagaimana menjaga pandangan agar tetap istiqomah di jalan -NYA ,...

Jumat, 05 November 2010

jalan keluar dari kesulitan hidup

Setelah `terusir' dari kenikmatan surga, Nabiyullah Adam mengalami ujian berat. Berpisah dengan Siti Hawa di tempat yang sangat asing. Menurut riwayat, Adam dibuang ke India, Hawa di Palestina.



Hal yang sama juga dialami Nabi Yunus AS. Tiga hari berada di perut ikan raksasa. Apalagi, semua armada kapal mengetahui setelah diundi namanya yang keluar sebagai penumpang yang harus dikorbankan di lautan. Di dalam perut ikan, Nabi Yunus AS diliputi rasa berdosa. Beliau yang telah meninggalkan dakwah itu pun mengalami `kesulitan hidup', berpisah dengan umat dan harus tertelan ikan besar.

Kesulitan akan selalu ada, termasuk manusia-manusia pilihan, yaitu nabi dan rasul. Bedanya, rasul dan nabi menyikapinya sebagai ibrah dan sarat pelajaran, sedangkan kita terkadang menambah jauh jarak kita dengan Allah, bahkan terkesan menyalahkan takdir-Nya. Bagi nabi dan rasul, kesulitan hidup mengukuhkan kedudukan. Bagi kita, kesulitan hidup memperburuk keadaan bahkan menjatuhkan kedudukan.



Kesulitan hidup ada yang datang karena ulah dari perbuatannya, tapi ada juga yang datang karena merupakan ujian dari Allah SWT. Bisa jadi sebagai teguran untuk mengingatkan, tapi bisa sebaliknya sebagai azab dan kutukan. Semoga saja kesulitan hidup yang kita alami bukan sebagai kutukan. Karena itu, jika ia adalah teguran untuk mengingatkan, inilah yang harus dilakukan supaya kesulitan hidup menjadi kenikmatan dan kebahagiaan hidup.



Pertama, tobat sungguh-sungguh dengan meminta maaf dan mengembalikan harta hasil kezalimannya (QS Al-Furqan: 70).



Kedua, bertakwa kepada Allah dengan menegakkan semua perintah-Nya, baik yang wajib maupun yang sunah dan secara bersamaan meninggalkan semua laranganNya, baik yang haram maupun yang makruh ataupun syubhat (QS At-Thalaq: 2-3).



Ketiga, perbanyak istighfar (QS Nuh: 10-12).

Nabi Adam terkenal dengan kalimat permohonan ampunnya, Rabbanaa zhalamnaa anfusana wa illam taghfirlanaa wa tarhamna lana kuunanna minal khasirin, `'Wahai Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami, jika tidak Engkau ampuni sungguh kami tergolong orang-orang yang merugi.'' Begitu juga, Nabi Yunus dengan doa dan istghfarnya, Laa ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minazh zhaalimin, `'Tiada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk orangorang yang zalim.''



Keempat, sedekah (QS At-Thalaq: 8).



Kelima, menolong saudara yang dalam kesulitan (QS Muhammad: 7).



Keenam, selalu berdoa (QS Al-A'raf: 180).



Ketujuh, jangan tinggalkan tahajud (QS Al-Isra: 79).



Kedelapan, senantiasa dalam keadaan berzikir, baik di hati, pikiran, lisan, ataupun perbuatan (QS AlAhzab: 41-44). Dan kesembilan, tawakal atau berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah segala-galanya sudah dilakukan (QS AtThalaq: 4). Wa Allahu A'lam.

Sabtu, 14 Agustus 2010

meraih kesempurnaan puasa lewat pengendalian diri

“Bulan ramadhan (adalah) bulan yang didalamnya diturunkan al Qur’an sebagai petunjuk (hudan) bagi manusia dan penjelasan (bayan) tentang petunjuk itu dan furqon (pembeda haq dan batil)”
( QS. Al Baqoroh : 185)

Ramadhan jika ditinjau dari segi bahasa memiliki makna “sangat terik” atau panas karena terik matahari. Adapun bulan puasa disebut bulan ramadhan karena ia dapat memakar dosa-dosa dengan amal sholih. Adapun menurut Zamakhsyam dalam Rawai’ul Bayaan hal 100 mengatakan, “orang-orang arab dahulu kala ketika memindahkan nama-nama bulan itu menurut masa yang dilaluinya (menurut iklimnya). Nah, kebetulan bulan ini melalui masa panas karena sangat terik matahari, sehingga disebutlah ia Ramadhan.


Saudaraku, dus puasa adalah jalan menuju ketakwaan kepada Allah Ta’ala. Dan orang yang berpuasa adalah orang yang terdekat dengan Tuhannya. Saat perutnya kosong dan hatinya merasakan kepuasaan, tentramlah hidupnya, saat rongga perutnya merasakan dahaga, menangislah matanya.


Salah satu fungsi serta keutamaan hadirnya bulan ramadhan adalah ramadhan sebagai syahrush shobri atau bulan kesabaran, yaitu bulan untuk melatih dan mendidik individu untuk bersabar dalam menghadapi musibah, bersabar dalam ketaatan kepada Allah, serta bersabar dalam menjaga seluruh anggota tubuh agar tidak bermaksiat.


Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka pada hari ini, karena kesabaran mereka, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang” (QS. Al Mukminun: 111)

Saudaraku, salah satu fungsi puasa, disamping melatih kesabaran adalah merupakan proses pengendalian diri. Bulan puasa dirasa menjadi media yang paling tepat bagi setiap pribadi muslim untuk melatih mengendalikan diri, baik mengendalikan nafsunya, tingkah lakunya, maupun seluruh anggota tubuhnya, seperti mata, telinga, lidah, hati serta perut.

Nah, bagaimana cara mengendalikan diri, wabil khusus anggota tubuh kita pada bulan Ramadhan? Sejatinya urgensi puasa bukanlah sekedar menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Lebih dari itu, puasa adalah proses mempuasakan beberapa anggota tubuh agar mampu mengendalikan setiap anggota tubuh dari melakukan perbuatan maksiat.

Kemudian muncul lagi satu pertanyaan, bagaimana hati, mata, telinga, mulut dan perut melakukan puasa? Berikut penjelasannya.


Sesungguhnya seluruh anggota tubuh ini memiliki peran yang sangat besar dalam menyempurnakan puasa setiap pribadi takwa. Begitu juga sebaliknya, mereka juga mampu menjadikan puasa menjadi sia-sia alias tidak memperoleh ridho Allah Ta’ala. Semua tergantung pada sejauh mana kita mampu memimpin dan mengendalikan mereka agar tidak melakukan maksiat. Disini, peran hati menjadi sangat sentral, melihat pengendali tubuh ini berada pada seonggok daging yang biasa kita sebut “hati”.

1. Bagaimana Hati Berpuasa?

Sesungguhnya hati adalah nahkoda bagi tubuh kita. Ia merupakan asas semua petunjuk, dasar semua taufiq, landasan dan pangkal perbuatan.



Allah SWT berfirman: “Barang siapa yang beriman kepada Allah, ….Dia akan memberikan petunjuk kepada hatinya.” ( At-Taghobun :11)



Dengan kata lain, hati memiliki fungsi sebagai pengendali seluruh anggota tubuh. Baik buruknya akhlak kita tergantung pada kondisi hati kita. Jika hati baik, maka baiklah hidup kita. Sebaliknya, jika hati dalam kondisi rusak, mati dan menderita, maka hancur pula hidup kita.



Maka dari itu saudaraku, jagalah hati ini. Jangan biarkan ia redup bahkan mati karena maksiat yang kita jalankan. Sinarilah ia dengan memperbanyak istighfar dan amal sholih. Pada bulan ramadhan, hati seorang insan beriman juga ikut berpuasa.



Nah, bagaimana sang hati ikut berpuasa? Yaitu dengan mengosongkannya dari materi, bentuk-bentuk syirik yang merusak, keyakinan yang batil, bisikan-bisikan jahat serta berbagai penyakit-penyakit hati seperti sombong, ujub dan dengki.



1. Bagaimana Lidah Berpuasa?

Puasanya lidah adalah dengan menjauhi berbagai perkara yang sia-sia, yang tidak memberikan manfaat sedikit pun bagi kehidupannya. Beberapa perkara sia-sia diantaranya, ghibah (gosib), mengumpat, berbohong, dan melupakan hari kiamat.



Selanjutnya, bagaimana seharusnya lidah ini beramal? Para ulama salaf selalu menjaga lidah mereka dengan senantiasa mempertimbangkan dahulu kata-kata yang hendak diucapkan. Mereka menghormati bicara. Bicara mereka adalah dzikir dan diam mereka adalah berpikir.



Saudaraku, lidah ini adalah jalan untuk kebajikan. Seperti halnya hati, lidah juga memiliki kecenderungan untuk bermaksiat. Itulah mengapa ia mesti ikut berpuasa. Jagalah ia supaya tidak berlebihan dalam berbicara. Basahi ia dengan memperbanyak dzikir, didik ia dengan takwa serta bersihkan ia dari maksiat. Semoga Allah senantiasa memelihara lidah ini dari berbuat maksiat. Amin



1. Bagaimana Mata Berpuasa?

Maksiat banyak terjadi disebabkan oleh mata. Mata yang berkeliaran menjadi titik awal timbulnya perbuatan tercela. Itulah mengapa mata juga perlu berpuasa. Dan puasanya mata adalah dengan menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan oleh agama.



Salah seorang salaf bertutur: “Suatu ketika saya gunakan mata untuk berbuat haram, lalu aku menjadi lupa al qur’an setelah 90 tahun menghafalnya”. Naudzubillah, begitu bahayanya mata ini. Sehingga tak berlebihan kiranya mereka berkata: Ia (mata) adalah panglima. Bila dilepas maka ia akan memangsa dan bila diikat, ia akan tunduk, dan bila dibebaskan sebebas-bebasnya, maka ia akan membawa hati pada kehancuran”.



Oleh karena itu wahai saudaraku, jagalah mata ini. Ajaklah ia tuk berpuasa. Jauhkan ia dari hal-hal yang haram. Jangan jerumuskan ia dengan membebaskannya sebebas-bebasnya untuk memandang segala sesuatu yang buruk. Mudah-mudahan hati ini tetap bersih dan puasa pun menjadi sempurna serta memperoleh ridho Allah Azza wa Jalla. Amin



1. Bagaimana Telinga Berpuasa?

Orang-orang yang sholih adalah mereka yang memelihara telinga mereka dari memperdengarkan hal-hal yang menimbulkan rusaknya hati dan kacaunya jiwa.



Selanjutnya, telinga berpuasa dengan menghindarkan diri dari mendengar kata-kata kotor dan jahat, serta lagu-lagu/syair yang menyebabkan lupanya hati dari mengingat Allah. Untuk mengatasi hal ini, maka seharusnyalah kita ajak telinga tuk memperdengarkan nasihat-nasihat dari ulama atau orang bijak. Tidak hanya itu, setelah mendengarkan, ajak pula ia tuk merenungkan dan memahami setiap untai kata yang dilantunkan oleh para ulama tersebut. Sehingga ia dapat mengambil hikmat darinya.



Telinga orang yang berpuasa diarahkan untuk memperdengarkan hal-hal yang indah, sedangkan telinga orang-orang lalai dipergunakan tuk mendengarkan kebatilan.



Semoga kikta menjadi hamba yang telinganya hanya tuk mendengarkan hal-hal yang baik dan benar. Amin



1. Bagaimana Perut Berpuasa?

Perut berpuasa dengan menjauhi segala sesuatu yang haram dan hanya mengisinya dengan makanan dan minuman yang halal lagi baik. Jauhkan perut ini dari makanan dan minuman hasil riba. Karena sejatinya mereka didapat dari perilaku haram.



Bagaimana mungkin perut ini melakukan puasa, sedang ia berbuka dengan yang haram. Jika sedikit saja perut ini terisi oleh sesuatu yang haram, maka sia-sialah puasa kita. Dan yang lebih parah, menjadi redup dan rusaklah hati ini.



Saudaraku, demikianlah anggota tubuh kita berpuasa. Hati, mata, lidah, telinga dan perut ini, kesemuanya adalah senjata untuk memperoleh kesempurnaan puasa kita. Maka dari itu, jagalah mereka dengan sebaik-baiknya. Kendalikan mereka agar tetap berada pada jalur takwa, dan hindarkan mereka dari hal-hal yang haram. Semoga Allah melapangkan puasa kita dan menempatkan kita pada kedudukan tinggi bersama para sahabat dan tabi’in. Amin

Rabu, 28 Juli 2010

rendah hati

Rendah Hati (Tawadhu'), Sifat Kitakah?
Sebagai umat Islam, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan kata “takwa”. Menurut definisinya, takwa adalah imtitsâlu awâmirillâh wajtinâbu nawâhîhi (melaksanakan semua perintah Allah sekuat-kuatnya dan menjauhi apa pun larangan-Nya). Sebagaimana diajarkan oleh para ulama, takwa dalam bahasa Arab terdiri dari empat huruf, yaitu :

*
ت (tawâdhu‘) artinya rendah hati. Selain tawâdhu‘ bisa juga bermakna tadharru‘ yang berarti sama yaitu merendahkan diri di hadapan Allah dan sopan santun terhadap sesama.
*
ق (qanâ‘ah) artinya menerima dengan syukur semua karunia Allah
*
و (wara‘) artinya meninggalkan perkara syubhat dan tidak berfaedah
*
ي (yaqîn) artinya yakin sepenuh hati kepada Allah


Di kitab “Ta‘lîm al-Muta‘allim” terdapat syair tentang kerendahan hati yang berbunyi :


إِنَّ التَّوَاضُعَ مِنْ خِصَالِ الْمُتَّقِي * وَبِهِ التَّقِيُّ إِلىَ الْمَعَـالِي يَرْتَقِي

Sesungguhnya rendah hati adalah salah satu ciri orang yang bertakwa
Dengannya, orang yang bertakwa mencapai derajat kemuliaan

Nabi Muhammad saw. juga telah memerintahkan kita untuk selalu bersikap rendah hati. Dalam sebuah hadits beliau bersabda :


إِنَّ اللهَ أَوْحَى ِإلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغَى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawadhu‘, sehingga tak seorang pun menyombongkan diri kepada yang lain, atau seseorang tiada menganiaya kepada yang lainnya. (HR Muslim)

Di hadits lain, Rasulullah saw. mengingatkan akan jaminan bahwa orang yang rendah hati akan diangkat derajatnya oleh Allah.


مَازَادَ اللهُ عَبْـدًا ِبعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ ِللهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ

Allah tidak menambahkan kepada seorang hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan, dan tidaklah seorang hamba bersikap tawadhu‘ kecuali Allah pasti mengangkat (derajatnya). (HR Muslim)


مَنْ تَوَاضَعَ ِللهِ رَفَعَهُ اللهُ وَمَنْ تَكَبَّرَ وَضَعَهُ اللهُ


Siapa rendah hati karena Allah, maka Allah mengangkat (derajat)-nya; dan siapa sombong, maka Allah menyia-nyiakannya. (HR Abu Nu‘aim)


الْكَرَمُ التَّقْوَى، وَالشَّرَفُ التَّوَاضُعُ، وَالْيَقِيْنُ الْغِنَى

Kedermawanan adalah ketakwaan, kemuliaan adalah tawadhu‘ dan keyakinan adalah kekayaan. (HR Ibnu Abi Dunya dan Hakim)

Ketika ditanya mengenai arti tawadhu‘ (rendah hati), al-Fudhail menjawab, “Kamu tunduk kepada kebenaran dan patuh kepadanya. Walaupun engkau mendengarnya dari anak kecil, engkau tetap menerimanya. Bahkan, meskipun engkau mendengarnya dari orang terbodoh, engkau tetap menerimanya.”

Rendah hati adalah syarat pertama jika kita ingin mencapai derajat sebagai insan yang bertakwa.

Rendah hati merupakan puncak dari akhlak seorang mukmin, yaitu rendah hati kepada Allah, Sang Pemilik kehidupan.

Rendah hati tidak mungkin diraih hanya dengan ilmu, harus diiringi dengan amal perbuatan.

Rendah hati dari segi ilmu memang mudah dipelajari, namun dalam implementasinya membutuhkan waktu yang tidak singkat, bisa bertahun-tahun.

Rendah hati mempunyai banyak level (bertingkat-tingkat), ada tingkat PLAY GROUP, TK, SD, SMP dan seterusnya.

Rendah hati dapat diteladani dari diri Rasulullah saw., karena beliaulah orang paling bertakwa di seluruh alam semesta. Bahkan, malaikat pun hormat kepada beliau karena derajat beliau yang begitu mulia di sisi Allah SWT. Nabi Muhammad saw. dipuji oleh Allah sebagai makhluk dengan akhlak sangat terpuji dan mendapat anugerah sebagai kekasih Allah (habîbullâh).

Di sebuah puisi, ‘Aidh al-Qarni mengungkapkan sanjungannya kepada Rasulullah saw. :

Siapa yang menghampiri pintu rumahmu, tak berhenti raga
bertutur tentang anugerah yang kau berikan
Mata bercerita tentang suka cita, tangan tentang persaudaraan,
hati tentang kelembutan, telinga tentang kebajikan

Demi Tuhan, kata-katamu mengalir bagai madu
Ataukah engkau benar-benar telah menuangkan madu pada mulut kami
Ataukah untaian makna yang kau ungkapkan
Aku melihat permata dan batu zamrud tersampaikan
Jika dirasakan oleh yang sekarat, akan tertahan ruhnya
Dan jika dipandang oleh yang di rantau, akan terobati kerinduannya

Para ulama menjelaskan bahwa rendah hati harus dimiliki dalam setiap kondisi dan tingkat atau kedudukan. Ketika kita masih belum menjadi apa-apa (tahap belajar), kita ibarat sebuah biji tanaman. Tanamlah biji itu di dalam tanah. Apabila diletakkan di atas tanah, dikuatirkan mudah dimakan binatang atau hilang disapu angin.

Saat kita berusaha mencapai puncak, hal ini laksana mendaki gunung. Agar lebih mudah mendakinya, maka badan kita harus condong ke depan dan pandangan mata ke arah bawah. Pernahkah kita melihat seorang pendaki gunung berjalan sambil menegakkan badan, mendongakkan kepala dan membusungkan dada? Semakin curam jalan yang kita daki, kita pun semakin merunduk, bahkan merayap. Bukankah pada dasarnya panjat tebing dilakukan dengan merayap?

Tatkala sudah di puncak, rendah hati tetap harus menghiasi diri. Angin pasti berhembus lebih kencang ketika kondisi kita di puncak. Agar bisa bertahan bahkan maju terus walaupun terpaan angin begitu besar, maka kita harus berjalan sambil membungkuk. Semakin kencang anginnya, berarti badan kita semakin membungkuk bahkan merayap.

Semoga Allah senantiasa menghiasi diri kita dengan sifat rendah hati, amin..

Sabtu, 24 Juli 2010

rezeki lancar dengan bersedekah

Tulisan ini diilhami oleh Si Fulan dalam salah satu kisahnya. Dia menulis tentang keajaiban sedekah dan tip mudah bersedekah. Tulisannya itu sudah terbukti dalam kehidupannya. Suatu saat S Fulan membutuhkan uang Rp 1.000.000. Tapi dia hanya memiliki uang Rp 100.000 di kantongnya. Dengan ikhlas (kalau saya sih nekat.. :) ) Si Fulan menyumbangkan uang itu ke dalam kotak amal masjid. Tidak berapa setelah melakukan kegiatan sedekah itu, waktu mau pulang kantor, beliau dipanggil bendahara kantornya untuk menerima haknya yang belum dibagi, yaitu sejumlah Rp. 1.000.000,-.

Si Fulan menggunakan rumus 10% dalam bersedekah. Misalkan hari ini penjualannya menghasilkan laba Rp. 500.000, maka uang sejumlah Rp 50.000 harus disumbangkan ke pihak yang membutuhkan seperti fakir miskin, yatim piatu atau di jalan Allah lainnya. Kalau dilihat dari nilai nominalnya mungkin terlalu besar ya, Rp 50.000 tiap hari. Tapi jangan risau dulu, dengan sedekah 50.000, kalau dilakukan dengan ikhlas InsyaAllah akan mendapatkan balasan 10 kali lipat, menjadi rp 500.000, demikian menurut Si Fulan. Intinya amal harus dilakukan secara ikhlas dan mempunyai keyakinan penuh bahwa Allah mempunyai sumber-sumber rejeki yang tidak terduga dengan jumlah yang tidak terbatas pula yang siap diberikan kepada kita.

saya juga pernah mengalami hal yang hampir serupa, tapi besaran nominalnya tidak pas 10% karena tidak bisa kita nilai secara nominal. Suatu sore saya bersedekah ilmu tentang domain dan hosting kepada salah seorang teman. Eh… keesokan harinya saya dapat hadiah domain dan hosting gratis dari teman dan sebuah kontest di internet. Benar-benar langsung pembalasan dari Allah jika sedekah itu dilakukan secara tulus dan ikhlas.

Gimana anda mau mencoba ilmu memperlancar rejeki yang diterapkan oleh Si Fulan ini? Lakukan dengan segenap ketulusan hati ya…. :)